Diberdayakan oleh Blogger.
Archive for 2013
PESONA AIR TERJUN MADAKARIPURA, BIKIN ENGGAN BERANJAK…
Air Terjun Madakaripura |
Untuk kedua kalinya, saya berkunjung ke air terjun ini. Berbeda
dengan sebelumnya, kali ini saya membawa rombongan 8 orang dari Jakarta. Elf
yang saya booking jauh-jauh hari, sudah tiba dan siap membawa kami ke Air
Terjun Madakaripura. Air Terjun
Madakaripura terletak di kecamatan Lumbang, Probolinggo dan menjadi salah satu air terjun
di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun ini sangatlah cantik
dan menawan. Pesonanya
tidak akan bisa dibayangkan, tetapi harus lihat langsung dan nikmati keindahan
setiap liter air yang jatuh ke sungai.
Perjalanan ke lokasi Air Terjun membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam
dari Stasiun Surabaya Pasar Turi. Memasuki kawasan Probolinggo, sesampainya di
desa Sukapura, akan terlihat plang besar yang menunjuk ke arah kanan lokasi Air Terjun Madakaripura. Jika
dilihat dari plang tersebut, jarak ke Air Terjun Madakaripura masih 5 km untuk
sampai di pintu masuk lokasi air terjun. Jalan yang dilalui cukup panjang dan berliku,
tanjakan dan turunan dengan
jalanan yang sempit, dengan tekstur jalan yang kurang mulus. Tapi tenang,
anda tidak akan mabuk karena sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan perbukitan yang
tinggi dan menghijau. Mualnya perut akan teralihkan dengan pemandangan itu.
Sesampainya di pintu masuk dan area parkir, perjalanan
diteruskan dengan berjalan kaki. Di sana sudah berkumpul para jasa pemandu yang
siap membantu dan mengantarkan para tamu menyusuri Air Terjun Madakaripura. Para
pemandu ini umumnya penduduk lokal, banyak ditemui di area sekitar parkiran dan
mereka langsung menawarkan diri. Disarankan untuk menggunakan jasa pemandu karena
medan menuju ke sana cukup
berat, dengan melewati aliran sungai
yang bebatuan dan berarus kecil. Kita harus piawai dan berhati-hati melewatinya. Ditambah
lagi lokasi ini sering terjadi banjir dan longsor. Tapi saya dan rombongan
tidak menggunakan jasa pemandu. Cukup saya yang jadi pemandu dalam rombongan kecil ini..hehehe…#Pede aja#. Kami
berfoto-foto dulu di sebuah patung dekat pintu masuk kedatangan.
Upin Ipin bersama Rombongan |
It’s time... Dari titik
start, kami harus melewati jalan setapak hampir 2 km menuju titik air
terjunnya. Saatnya
menyusuri aliran sungai yang bebatuan dan berarus kecil. Selama
perjalanan yang tak terasa karena kami bersama, kami menikmati pemandangan yang indah dan menyejukkan mata. Kami diapit tebing-tebing tinggi dengan pepohonan
lebat. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau
bekas longsoran. Namun demikian jalan ini relatif datar dan cukup mudah dilalui (untuk
beberapa meter pertama).
Memasuki kawasan Air Terjun Madakaripura |
Jalan yang dilalui |
Mendekati air terjun, ada beberapa warung makanan dan minuman yang
bisa disinggahi kalau
sudah terasa capek. Ada
juga penyewaan payung dan penjual jas hujan bagi yang tidak ingin berbasah-basahan akibat
terkena guyuran air terjun.
Saat tiba di lokasi air terjun, kami melihat air terjun
pertama dengan tiga pancuran air yang mengucur dari tebing membentuk tirai. Dapat
dipastikan, yang melewatinya akan langsung diguyur sampai kuyup. Ya, kalau
tidak siap basah, silakan menggunakan payung atau jas hujan. Setelah melewati
air terjun pertama, kami lebih jauh lagi menelusuri sumber aliran sungai. Kami bertemu dengan air terjun utama
yang berbentuk lingkaran. Eitts, tunggu dulu. Jalan menuju air terjun utama cukup
sulit karena harus melewati tebing-tebing yang tinggi dan licin, jadi harus tetap
waspada dan berhati-hati ya, kawan. Kami harus merayap memanjat tebing itu.
Siapa takut!
Air Terjun Pertama ada 3 pancuran membentuk tirai |
Setelah sampai di air terjun utama, kami merasa seperti
berdiri di dasar sebuah tabung atau berada di dasar sumur raksasa. Lalu air mengucur dengan deras ketinggian sekitar 200 meter. Deras seperti hujan. Hah? Hujan? Ya, begitu sampai di sana, hujan perlahan turun. Tapi masih kalah denga limpahan air dari bibir sumur. Amaziiiiing..Indah sekali negeri ini ya Allah. Inilah
keindahan Air Terjun Madakaripura itu. Meski mendung dan airnya sedikit kecokelatan akibat musim hujan, keindahan Madakaripura tetap punya pesona. Antara guyuran hujan, semburan angin, percikan air, dan runtuhan air terjun menyatu dengan kami semua. Segar dingin. Di sini kita bisa berendam menghilangkan rasa capek dan
pegal-pegal, bermain air dan tentunya berfoto-foto. Harus siap
basah memang karena kucuran air terjun sungguh tak terkontrol derasnya.
Air Terjun Utama Madakaripura |
Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kami betah
berlama-lama memandanginya. Malas gerak, malas beranjak dari tempat ini. Namun tak lama hujan pun turun, kami terpaksa harus
menggerakkan badan dan kaki yang sudah nyaman di sini untuk bergegas keluar
dari tempat ini. Kami harus berlomba dengan hujan. Ternyata sudah ada
peringatan dari pemandu setempat. Air terjun akan ditutup sebentar lagi. Karena jika hujan datang, tempat
itu rentan banjir dan
longsor. Kami pun mulai melipir kembali ke elf.
Alhamdulillah, perjalanan kami ke Air Terjun Madakaripura
sangat menyenangkan, aman terkendali. Kami memilih waktu yang sangat
tepat ternyata. Rasanya puas sekali.
Bagi Anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi objek
yang keren untuk menambah koleksi dalam album foto Anda. Mulai dari pintu
masuk kedatangan, hingga suasana air terjun yang seperti berada di dalam
tabung. Pokoke tempat ini wajib dan layak untuk dikunjungi.
Info Rute :
** Dari Stasiun Surabaya Pasar Turi, Anda bisa menggunakan Bus
Damri tujuan Terminal Purbaya (Bungur Asih) harga Rp 5.000,-
** Dari Terminal Purbaya (Bungur Asih), lanjut dengan Bus AC
arah Probolinggo, harga sekitar Rp 20.000,- s.d. Rp 30.000,-
** Sampai Terminal Probolinggo, Anda bisa menyewa Angkutan Umum
atau mobil sewaan seperti Avanza, Panther, dsb (harga sekitar Rp 250.000,- pp +
supir)
** Tiket masuk Air Terjun Madakaripura Rp 3.000,- per orang
** Jasa Pemandu sekitar Rp 30.000,- s.d. Rp 50.000,-
** Sewa Payung dan beli jas ujan di lokasi masing-masing harga Rp 10.000,-
** Sewa Payung dan beli jas ujan di lokasi masing-masing harga Rp 10.000,-
Tag :
Air Terjun,
Tanjung Bira : Pantai Cantik di Ujung Selatan Sulawesi
Pantai Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan |
Saya dan teman-teman berkesempatan
untuk mengunjungi tempat ini. Pukul 10.00 WITA dari Bandara Sultan Hasanuddin,
Makassar, kami dijemput dengan elf yang sudah kami booking jauh-jauh hari.
Perjalanan menuju Pantai Tanjung Bira memakan waktu sekitar 4-5 jam dari kota
Makassar melalui jalan darat.
Perjalanan kami dari Makassar ke
Tanjung Bira ini sangat menyenangkan. Walau cukup jauh, kami semua tak merasa lelah ataupun jenuh. Setiap
perjalanan itu harus dinikmati. Dan itu yang kami lakukan. Ya, kami menikmati
perjalanan ini karena di sepanjang jalan menuju Tanjung Bira,
kami disuguhi pemandangan yang menyejukkan mata. Pemandangan yang menawarkan
suasana yang berbeda-beda di perjalanan ini seperti perumahan, hamparan sawah
di kiri dan kanan jalan, deretan nyiur, pinggiran pantai. Kami juga
melihat tempat
pembuatan perahu rakyat (phinisi), tapi kami tidak singgah ke tempat itu. Perlu
diketahui, jalanan menuju Tanjung Bira tidak begitu mulus. Jalanannya banyak lubang. Jadi bagi
Anda yang ingin menggunakan motor ke Tanjung Bira, harus hati-hati dan
waspada.
Akhirnya setelah bergelut dengan
waktu, tepat jam 16.00 WITA sampailah kami di Tanjung Bira. Kami pun langsung
menuju guest house untuk beristirahat sejenak. Kami menginap di Salasa Guest
House. Harga terjangkau bagi para Backpakers. Per kamar cukup seratus lima puluh ribu
rupiah. Setelah bersih-bersih dan meregangkan otot-otot yang kaku, kami
bergegas menuju Pantai Tanjung Bira siap menikmati indahnya sunset di pantai
ini. Saya amati, kawasan ini memang sudah terkelola dengan cukup baik, terlihat
banyak sekali penginapan seperti vila, bungalow, dan hotel di sepanjang jalan untuk
disewakan. Tidak hanya itu saja, ada juga beberapa rumah makan maupun restoran
dengan sajian makanan khas setempat. Di kawasan pantai juga terdapat pelabuhan
kapal ferry yang siap mengantarkan para pengunjung ke Pulau Selayar.
Guest House (tempat kami menginap) |
Kami menyusuri setiap sudut Pantai Tanjung
Bira. Pantai dengan pasir putih yang lembut ini sangat indah dipandang mata. Dari pantai ini, kita juga
bisa melihat keindahan dua pulau yaitu Pulau Liukang dan Pulau Kambing. Tanjung
Bira saat itu cukup ramai dikunjungi oleh para wisatawan asing dan domestik. Ada yang
berjemur, bermain sepak bola, berenang, maupun cuma berciprat-ciprat air laut
saja. Setelah menikmati sunset di pantai ini, kami pun kembali ke guest house. Walau hanya semalam di Tanjung Bira, rasa lelah kami terbayar dengan keindahan pantai ini.
Pantai Tanjung Bira di sore hari |
Saat menanti Sunset di Pantai Tanjung Bira |
Sunset Pantai Tanjung Bira |
Indahnya Sunset di Pantai Tanjung Bira |
Saya sarankan untuk mengambil penerbangan dari Jakarta pagi hari (First Flight) ke Bandara Sultan Hasanuddin. Dari Bandara, Anda dapat menggunakan taksi ke terminal Malengkeri. Perjalanan dilanjut dengan menggunakan Bus tujuan Bulukumba dan dilanjutkan dengan Angkutan Kota atau disebut juga Pete-pete menuju ke Pantai Tanjung Bira. Ingat..trasnportasi di kawasan Pantai Tanjung Bira hanya beroperasi hingga sore hari saja. Jadi, harus benar-benar direncanakan perjalanan Anda untuk ke Pantai Tanjung Bira.
Tag :
Pantai,
RAMMANG RAMMANG : KEINDAHAN ALAM YANG TERSEMBUNYI
Tiket Promo?? Makassar (lagi)?? Beraangkaaat..Ya,
ini kali kedua gue ke Makassar, Sulawesi Selatan. Bulan maret lalu gue ke Makassar dengan tujuan
Bantimurung, Tanatoraja, dan Tanjung Bira. Kali ini gue dan teman-teman akan pergi
ke suatu tempat di daerah Maros-Pangkep. Ya, tempat itu adalah Rammang Rammang,
keindahan alam yang tersembunyi.
Rammang Rammang merupakan sebuah dusun di salah satu kawasan Karst
Maros-Pangkep yang memiliki pemandangan yang unik dan cukup menarik untuk
dikunjungi. Terletak di kabupaten Maros, dusun ini dapat ditempuh melalui jalan
darat kurang lebih 2 jam dari kota Makassar. Untuk menelusuri dusun ini lebih
dalam, harus menggunakan perahu, menyusuri aliran sungai yang tenang.
Kami menyewa bis dari Makassar untuk
mengantarkan kami ke Rammang Rammang. Ternyata si sopir tidak tau persis di mana
letak dermaga Rammang Rammang itu. Setau gue letaknya di daerah Maros yang
dekat dengan Semen Bosowa. Hehehehe. Sang Sopir tidak salah jalan, kok. Dia
hanya memilih jalur yang kurang tepat. Lebih jauh dan jalanannya pun rusak. Alhasil,
kami terpaksa bertanya-tanya di sepanjang jalan dengan warga sekitar. Namun, warga
sekitar belum banyak yang tau juga Rammang Rammang itu apa, di mana dan ada apa
saja di Rammang Rammang? Tempat itu rasanya masih asing di telinga mereka. Masyarakat
Makassar, Sulawesi selatan ternyata belum banyak yang tahu tentang Rammang
Rammang. Kawasan ini hanya familiar di antara teman-teman pencinta traveling
saja. Hopeless… Kami berunding, kalau tidak ketemu juga, lebih baik kembali ke
Kota dan kulineran. Memasuki kawasan Karst Maros, kami disambut dengan
pemandangan hamparan perbukitan Karst yg berjejer hijau dan menjulang. Konon katanya
termasuk terbesar ke-3 di dunia setelah Cina dan Vietnam. Pemandangan tersebut
cukup menghibur dan menghilangkan rasa kesal kami.
Pemandangan Karst saat memasuki kawasan Maros |
Benar juga kata pepatah, malu
bertanya sesat di jalan. Setelah banyak bertanya sana-sini, akhirnya ada titik
terang. Semangat yang tadinya redup redam, kini bergairah lagi, membaraaaaaa #tsaaahelaaah#.
Tibalah gue dan teman-teman di dermaga Rammang Rammang yang posisinya di
sebelah kanan jembatan.
Dermaga Ramang-Ramang |
Gila-gilaan bersama teman-teman |
Cuaca saat itu sangat cerah. kami pun
turun ke tepi sungai. Di sana sudah berjejer perahu-perahu sewaan. Kami kaget
seketika saat tahu harga sewa perahu 600 ribu rupiah untuk 2 perahu.
Mahaaalnyooo! Tapi, nggak mungkin dibatalkan mengingat perjuangan kami untuk
sampai di tempat ini. Setelah bergelut tawar-menawar harga dengan si pemilik
perahu, tanpa pikir panjang dan buang-buang waktu, kami pun setuju dengan harga
550 ribu rupiah untuk 2 kapal yang telah disepakati.
Perahu-perahu sewaan di dermaga Rammang-Rammang |
Narsis dulu sebelum menyusuri Sungai Pute |
Mulailah kami menyusuri aliran
sungai yang tenang. Kata sang kapten perahu, penduduk menyebutnya Sungai Pute. Perahu
pun melaju dengan cepat, #boong deeeng#, lambat. Bahkan kadang suka miring ke kanan,
miring ke kiri. Hadeeeeeeh, perahu miring kapten… Takut terbalik karena nggak
ada life jacket. Hahahahaa… Pantas saja butuh waktu 1,5 jam – 2 jam untuk
menyusuri dusun ini lebih dalam..Haaaaaaah. OMG. Keburu nggak tuh melihat waktu
sudah menunjukkan pukul 13.00 WITA. Mengingat pesawat kami ke manado jam 17.20
WITA. Nggak akan keburu. Tapi, ya, sudah dijalani saja.
Menyusuri Sungai Pute |
Saat menyusuri Sungai Pute ini, gue
takjub dengan bebatuan Karst yang menghampar di sepanjang jalur sungai ini. Lalu,
kami disuguhkan dengan pemandangan aliran sungai dengan latar belakang
pegunungan Karst yang menjulang dan diapit oleh pepohonan yang menghijau. Ehmmm…
indaaaahhnyaaa... berasa seperti di Vietnam, Mekong River. Hahahahaha.. Eits, tunggu
dulu! Ini Indonesia, Bung. Aseli Indonesia.. Seriiiuuus… Beneraaan… Nggak boong…
Suweeer, deh… Nggak percaya??? Datang saja ke Rammang Rammang di Maros, Sulawesi
Selatan #Cliing#.
Batuan Karst di sepanjang jalur Sungai Pute |
Ini Indonesia Bung!!! Indah ya... |
Cuaca yang semula cerah, berubah
menjadi mendung dan gelap. Baru sampai setengah perjalanan, hujan deras turun
mengguyur kami. Kami berhenti sejenak untuk berteduh. Setelah beberapa saat, kami
memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ini. Kata Kapten perahu, jika
kami terus menyusuri sungai ini, kami akan menemukan sungai di dalam goa. Haaaaah???
Apalagi itu??? Kaya gimana?? Banyak sekali pertanyaan di dalam otak kami. Waaaaaah,
pasti kerrreeeeeen. Arrrrgh, pengeeeeen liaaat!!! Tapi tidak bisa.
Mestinya, (kalau perjalanan kami
dilanjutkan) pemberhentian terakhir perahu ini adalah sebuah dusun terpencil, dusun
tersembunyi, dusun yang terisolasi yang dikelilingi oleh pegunungan Karst. Ya,
dusun itu bernama Dusun Berua. Tempat yang nggak sempat kami tuju. Tapi sayang
disayang, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk ke sana. Akhirnya kami
memutuskan untuk kembali ke dermaga. Keindahan alam yang tersembunyi itu belum
dapat kami temui sekarang. Kecewa pastinya. Belum puas! Gue cuma bisa membayangkan,
sebatas angan-angan dan tentunya rasa penasaran.
Rammang Rammang, Aku pasti
kembali………
**Bagi para pelancong, penikmat
jalan-jalan, jika berencana ke Makassar, jangan lupa untuk datang ke tempat
ini. Dijamin nggak akan nyeseeeeel... Siapkan waktu lebih anda untuk melihat keindahan
alam yang tersembunyi di Rammang Rammang…
**Sekadar info, untuk mencapai
tempat ini, naik angkot (pete-pete) arah Pangkep.
Tag :
Sungai,