Diberdayakan oleh Blogger.

Archive for November 2013

RAMMANG RAMMANG : KEINDAHAN ALAM YANG TERSEMBUNYI



Tiket Promo?? Makassar (lagi)?? Beraangkaaat..Ya, ini kali kedua gue ke Makassar, Sulawesi Selatan. Bulan maret lalu gue ke Makassar dengan tujuan Bantimurung, Tanatoraja, dan Tanjung Bira. Kali ini gue dan teman-teman akan pergi ke suatu tempat di daerah Maros-Pangkep. Ya, tempat itu adalah Rammang Rammang, keindahan alam yang tersembunyi.

Rammang Rammang merupakan sebuah dusun di salah satu kawasan Karst Maros-Pangkep yang memiliki pemandangan yang unik dan cukup menarik untuk dikunjungi. Terletak di kabupaten Maros, dusun ini dapat ditempuh melalui jalan darat kurang lebih 2 jam dari kota Makassar. Untuk menelusuri dusun ini lebih dalam, harus menggunakan perahu, menyusuri aliran sungai yang tenang.

Kami menyewa bis dari Makassar untuk mengantarkan kami ke Rammang Rammang. Ternyata si sopir tidak tau persis di mana letak dermaga Rammang Rammang itu. Setau gue letaknya di daerah Maros yang dekat dengan Semen Bosowa. Hehehehe. Sang Sopir tidak salah jalan, kok. Dia hanya memilih jalur yang kurang tepat. Lebih jauh dan jalanannya pun rusak. Alhasil, kami terpaksa bertanya-tanya di sepanjang jalan dengan warga sekitar. Namun, warga sekitar belum banyak yang tau juga Rammang Rammang itu apa, di mana dan ada apa saja di Rammang Rammang? Tempat itu rasanya masih asing di telinga mereka. Masyarakat Makassar, Sulawesi selatan ternyata belum banyak yang tahu tentang Rammang Rammang. Kawasan ini hanya familiar di antara teman-teman pencinta traveling saja. Hopeless… Kami berunding, kalau tidak ketemu juga, lebih baik kembali ke Kota dan kulineran. Memasuki kawasan Karst Maros, kami disambut dengan pemandangan hamparan perbukitan Karst yg berjejer hijau dan menjulang. Konon katanya termasuk terbesar ke-3 di dunia setelah Cina dan Vietnam. Pemandangan tersebut cukup menghibur dan menghilangkan rasa kesal kami.

Pemandangan Karst saat memasuki kawasan Maros
Benar juga kata pepatah, malu bertanya sesat di jalan. Setelah banyak bertanya sana-sini, akhirnya ada titik terang. Semangat yang tadinya redup redam, kini bergairah lagi, membaraaaaaa #tsaaahelaaah#. Tibalah gue dan teman-teman di dermaga Rammang Rammang yang posisinya di sebelah kanan jembatan.

Dermaga Ramang-Ramang


Gila-gilaan bersama teman-teman

Cuaca saat itu sangat cerah. kami pun turun ke tepi sungai. Di sana sudah berjejer perahu-perahu sewaan. Kami kaget seketika saat tahu harga sewa perahu 600 ribu rupiah untuk 2 perahu. Mahaaalnyooo! Tapi, nggak mungkin dibatalkan mengingat perjuangan kami untuk sampai di tempat ini. Setelah bergelut tawar-menawar harga dengan si pemilik perahu, tanpa pikir panjang dan buang-buang waktu, kami pun setuju dengan harga 550 ribu rupiah untuk 2 kapal yang telah disepakati. 

Perahu-perahu sewaan di dermaga Rammang-Rammang






Narsis dulu sebelum menyusuri Sungai Pute
Mulailah kami menyusuri aliran sungai yang tenang. Kata sang kapten perahu, penduduk menyebutnya Sungai Pute. Perahu pun melaju dengan cepat, #boong deeeng#, lambat. Bahkan kadang suka miring ke kanan, miring ke kiri. Hadeeeeeeh, perahu miring kapten… Takut terbalik karena nggak ada life jacket. Hahahahaa… Pantas saja butuh waktu 1,5 jam – 2 jam untuk menyusuri dusun ini lebih dalam..Haaaaaaah. OMG. Keburu nggak tuh melihat waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WITA. Mengingat pesawat kami ke manado jam 17.20 WITA. Nggak akan keburu. Tapi, ya, sudah dijalani saja.

Menyusuri Sungai Pute
Saat menyusuri Sungai Pute ini, gue takjub dengan bebatuan Karst yang menghampar di sepanjang jalur sungai ini. Lalu, kami disuguhkan dengan pemandangan aliran sungai dengan latar belakang pegunungan Karst yang menjulang dan diapit oleh pepohonan yang menghijau. Ehmmm… indaaaahhnyaaa... berasa seperti di Vietnam, Mekong River. Hahahahaha.. Eits, tunggu dulu! Ini Indonesia, Bung. Aseli Indonesia.. Seriiiuuus… Beneraaan… Nggak boong… Suweeer, deh… Nggak percaya??? Datang saja ke Rammang Rammang di Maros, Sulawesi Selatan #Cliing#.

Batuan Karst di sepanjang jalur Sungai Pute
Sungai Pute dengan apitan Karst Maros
Ini Indonesia Bung!!! Indah ya...
Cuaca yang semula cerah, berubah menjadi mendung dan gelap. Baru sampai setengah perjalanan, hujan deras turun mengguyur kami. Kami berhenti sejenak untuk berteduh. Setelah beberapa saat, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ini. Kata Kapten perahu, jika kami terus menyusuri sungai ini, kami akan menemukan sungai di dalam goa. Haaaaah??? Apalagi itu??? Kaya gimana?? Banyak sekali pertanyaan di dalam otak kami. Waaaaaah, pasti kerrreeeeeen. Arrrrgh, pengeeeeen liaaat!!! Tapi tidak bisa.
Mestinya, (kalau perjalanan kami dilanjutkan) pemberhentian terakhir perahu ini adalah sebuah dusun terpencil, dusun tersembunyi, dusun yang terisolasi yang dikelilingi oleh pegunungan Karst. Ya, dusun itu bernama Dusun Berua. Tempat yang nggak sempat kami tuju. Tapi sayang disayang, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk ke sana. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke dermaga. Keindahan alam yang tersembunyi itu belum dapat kami temui sekarang. Kecewa pastinya. Belum puas! Gue cuma bisa membayangkan, sebatas angan-angan dan tentunya rasa penasaran.

Rammang Rammang, Aku pasti kembali………


**Bagi para pelancong, penikmat jalan-jalan, jika berencana ke Makassar, jangan lupa untuk datang ke tempat ini. Dijamin nggak akan nyeseeeeel... Siapkan waktu lebih anda untuk melihat keindahan alam yang tersembunyi di Rammang Rammang…

**Sekadar info, untuk mencapai tempat ini, naik angkot (pete-pete) arah Pangkep.

Tag : ,

Meninjau Danau Maninjau yang Memukau

Terpukau dengan Maninjau yang Memukau



Pagi itu, gue bangun pagi-pagi sekali. Meski masih lelah dan ngantuk, kami (gue, Farid, Mba Erna, Mba Uthie) harus tetap semangat melanjutkan perjalanan. Hari ini kami akan ke Danau Maninjau. Gue dan Farid kebetulan numpang tidur di rumah sopir merangkap guide yang baik hati, Uda Iwan di kaki Gunung Singgalang. Waaaaw, dingiiinnya luar biasa, lho, daerah ini, bikin mager beranjak dari kasur.


Kaki Gunung Singgalang

Ah, tapi trip harus tetap jalan sesuai perencanaan, sebelum menyesal di kemudian hari. Berangkatlah kami menuju Danau Maninjau melewati Kelok 44 (ada 44 belokan yang akan dilewati). Nggak kebayang pusingnya seperti apa, tuh. Yang pasti perjalanan akan mengocok lambung dengan cacing-cacing yang merajalela di dalamnya. Hehehe. Meskipun begitu, kami tetap menikmati perjalanan ini.

Danau Maninjau adalah danau super keren di Sumatera Barat dan salah satu danau terhening di Indonesia (menurut gue, lho, ya). Danau ini merupakan keajaiban alam yang luuuaaaar biasa, cocok untuk tempat menenangkan diri, menikmati hidup yang tenang dari kesibukan dan keramaian kota.

Perjalanan gue dkk. untuk sampai di danau yang ini memakan waktu 2 jam dari Bukittinggi. Tapi jangan 
bayangkan jalanannya seperti jalan tol dan penuh kemacetan, yah. 2 jam itu murni jalanan lancar tapi berkelok-kelok. Udah kebayang, kan, gimana jauhnya?! 

Like a stupid, gue ngitungin, tuh, kelok sampai puyeeeeng dan mual (ini beneran. Hahahahah). Gue akhirnya ngalah dan diam karena menahan mual. Padahal, nggak perlu sibuk-sibuk ngitungin, kan ada plang angka kelokan di setiap tikungan, mulai dari angka yg besar ke yg kecil. Dari Kelok 44 ke Kelok 1. Baru setengah jalan, sepertinya di jidat kami udah tergambar kelokan-kelokannya alias kerutan, nih. Hahahaha. Fiuh...

Sebelum sampai danau,gw dkk brenti sejenak di sebuah warung--(lupa dikelok brp)--buatistirahat, makan Indomie, minum minuman yang seger-seger, dan tentunya meluruskan kaki plus menenangkan isi perut yg terombang-ambing akibat si Kelok.

Daaaan, gue ngeliat pemandangan keren dari warung persinggahan itu. Takjuuuuuub, melongo, nganga melihat Danau Maninjau dari kelok yang #lupa kelok berapa#. Keren abis. Pasti lebih indah kalau sudah sampai di bawah, di Danau Maninjau. Kami akan menapakan kaki dan melihat lebih dekat, langsung, no filter alias mata telanjang keindahan tersebut. Subhanallah...
Danau Maninjau dari Pertengah Kelok 44

Ah, nggak sabar. Itu yang ada dalam benak gue. Kami pun cepat-cepat menghabiskan Indomie yang baru aja matang. Nggak pake ditiup-tiup lagi dah, tuh, mie saking pengennya langsung turun bukit ke arah danau. Kami pun langsung bergegas meninggalkan warung dan melanjutkan perjalanan yang berkelok-kelok lagi. Entah sisa berapa kelok lagi. Gue udah nggak memperhatikan kelokannya. Pemandangan Danau lebih memukau saat itu...Semoga nggak ada yang huek-huek karena perut full makanan.

Masih ada beberapa kelok lagi yang harus dilewati untuk sampai di sana. Sabar..sabar..sabar.. Ibarat kata pepatah: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, berkelok-kelok dahulu, eh bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Uhuuuy.

Akhirnya tibalah kami di perkampungan Maninjau. Masih harus sabar karena harus berjalan beberapa meter untuk sampai di danau itu. Di daerah itu, sepanjang jalan berjejer homestay buat para wisatawan.

Jreeeeeeeeng...Jreeeeeeeeeng...

Gugusan awan yang memantul ke Danau Maninjau
 
Akhirnya, sampailah kami di bibir Danau Maninjau. Terdiam sejenak, lalu terucap Subhanallah, indah sekali negeri ini, ya, Allah. Danau dengan keheningan dan keindahannya membuat kami tak bisa berkata apa-apa. Woooooow...langit biru, putihnya awan menjadi pendamping danau ini. Lihatlah awan itu! Bergumpal seperti gulali yang siap dikopek da dimakan.  Nyam..It's amaziiiiing...


Bibir Danau Maninjau

Jeprat-jepret pun dimulai. Gue memulai dengan foto kosong dulu alias view-nya dulu a.k.a tanpa model. Hehehehe. Gue nemu perahu mirip kano gitu deh, bagus buat properti latar Danau Maninjau (aelah, bahasa gue udah kayak fotografer profesional aja). Tapi, serius, ini keren.

Next shoot: it's time tuk bernarsis ria. Ada yang bilang, kalau mendatangi suatu tempat nggak ada foto sendiri di tempat itu, sama dengan HOAX. Hahaha *abaikan.

Ipin Upin main ke danau

Dari kiri: Farid, Mba Erna, Mba Uthie, Gue.
 
Setelah bernarsis ria, gonta-ganti pose sana-sini, gue mulai menelusuri tepian danau. Kami pun bertemu dengan seorang anak kecil yang umurnya kisaran 10-11 tahun sedang mencari ikan. Namanya Agung, warga asli Danau Maninjau, kelas 5 SD. Dia setiap hari mencari ikan bilih untuk dimakan. Ehm, mendengar ceritanya, berasa banget di hati gue, terharu. Penduduk sini memang menggantungkan hidup lewat hasil danau.

 Abis ngobrol-ngobrol, gue jadikan si Agung ini model foto. Trus, foto bareng juga. Hehehee. Momen yang nggak boleh dilewatkan dan nggak boleh dilupakan, nih.

Foto bareng Agung, si pencari bilih

Akhirnya cerita tentang Danau Maninjau pun selesai. Danau yang hening, yang penuh ketenangan. Diam-diam kindahannya begitu luaaar biasa. Memukau! Yuk, mari berpindah.

Tag : ,

It is about Travelafin

Jalan-jalan?? Dunia traveling? Melihat keindahan alam Indonesia?
No Filter : Satu dari keindahan Indonesia
Ehm... Nggak pernah terlintas sedikit pun dalam benak gue, karena labil ekonomi (kamus Vickynisasi-red) dan sibuk kerja Senin-Sabtu buat gue nggak kepikiran 'tuk jalan-jalan. Padahal refreshing itu perlu, buat otak gue yang sumpek dipadati kerjaan tiap hari, tekanan di kantor yang bikin muaaaaaaaaaaaaal, muaaaaaaaaaaaaaak, dan tentunya padatnya lalu lintas di Jakarta dengan polusi di mana-mana. Yah, resiko Betawi (Betah di Wilayah) yang mendiami Jakarta. Fiuh!

Tahun 2010. Itu awal mulanya. Dan kini akan gue abadikan dalam perjalanan tulisan ini. Enjoy trip!

Travelafin.
Tag : ,

- Copyright © TRAVELAFIN - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -