Diberdayakan oleh Blogger.

Archive for November 2015

Taka Bonerate : Perjalanan Panjang Demi Hiu-Hiu Mungil di Pulau Tinabo

Taka Bonerate, mungkin menyebut namanya saja kadang sulit diucapkan apalagi menuju ke tempat ini. Taka Bonerate yang dalam bahasa lokal (bahasa bugis) berarti “karang menumpuk di atas pasir atau gundukan batu di pasir”. Dimana ya? Kawasan ini terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia dan berbatasan dengan laut Flores. Taka Bonerate menjadi Taman Nasional sejak tahun 2001. Taman Nasional Taka Bonerate ini adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Apa itu Atol? Atol adalah pulau karang yang biasanya berbentuk cincin dan dibagian tengahnya danau/cekungan yang terisi air laut. Tentunya, dikelilingi oleh terumbu karang yang sangat indah sehingga sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya. Tak heran jika Taka Bonerate ini menjadi salah satu Taman Nasional di Indonesia, karena memiliki biodiversitas biota dan terumbu karang yang sangat tinggi serta beragam. Salah satu pulau yang masuk dalam gugusan pulau-pulau di Taman Nasional Taka Bonerate adalah Pulau Tinabo.

Untuk menuju Pulau Tinabo, bisa dikatakan susah-susah gampang. Susahnya mungkin karena jarak tempuh yang panjang, dibutuhkan perjuangan, doa dan kesabaran. Tentunya, faktor cuaca juga perlu diperhitungkan. Mudahnya adalah sudah banyak transportasi menuju kawasan ini. Dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Anda bisa memilih mau jalur udara atau jalur darat? jika ingin menghemat waktu, Anda bisa menggunakan jalur udara, menggunakan pesawat terbang menuju Bandara H. Aeropala, Selayar. Hanya sekitar 40 menit saja. Namun, harus disesuaikan jadwal penerbangan menuju Selayar. Karena tidak setiap hari dan setahu saya maskapai yang tersedia adalah Wings Air. Biaya pun patut diperhitungkan. Jika Anda ingin menikmati setiap perjalanan, santai, bekpekeran, biaya yang hemat, Kamu bisa memilih jalur darat yang cukup panjang dan lama waktu tempuhnya.

Bulan April lalu, Saya dan teman-temann berkesempatan mengunjungi Taman Nasional Taka Bonerate dan Saya dipercayai untuk menjadi Tour Leader dalam trp ini. Saya dan teman-teman (Hanum, Avi, Kak Dita, Lulu, Juned, Koh Rendy dan Andy Arief) memilih jalur darat untuk menghemat biaya. Kami menyewa mobil (Antar dan Jemput) dari Makassar menuju Bulukumba, Pelabuhan Bira dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Perjalanan dilanjutkan dengan menyebrang menggunakan Kapal Ferry selama 2 jam menuju Pelabuhan Pamatata, Selayar. Jadwal keberangkatan kapal Ferry ini ada setiap hari nya dan dalam sehari hanya ada 2 jadwal yaitu pagi dan siang hari. Pada saat itu jadwal kapal ferry jam 09.00WITA. Jika kapal belum berangkat, sempatkan untuk foto-foto di Pelabuhan Tanjung Bira, karena pemandangannya cukup bagus. Dalam perjalanan 2 jam di kapal kami pun tertidur pulas.

Pelabuhan Tanjung Bira dan Kapal Ferry yang mengantar kami menuju Selayar

Setibanya di Pelabuhan Pematata, Selayar, kami dibuat takjub dengan air laut yang jernih dan terlihat jelas karang-karang di perairan Selayar. Waw…belum sampai di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate saja sudah jernih begini air laut nya. Bagaimana disana ya?? Pasti lebih indah dan keren. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju kota Benteng dengan kisaran waktu 1.5 – 2 jam. Dalam perjalanan menuju kota Benteng, mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah, yaitu banyaknya pohon kelapa yang menjulang tinggi serta sepanjang jalan ditemani oleh pantai yang indah. Sayang, kami tidak bisa singgah di Selayar, hanya lewat saja. Jalanan menuju kota Benteng juga cukup bagus, memang agak berliku-liku dan menanjak.

Setibanya di Kota Benteng, kami istirahat sejenak untuk solat dan makan siang sebelum melakukan perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan. Perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan memakan waktu sekitar 1.5 – 2 jam. Kapal kayu motor yang kami sewa sudah parkir dan siap mengantarkan kami berlayar selama 5-6 jam menuju Pulau Tinabo. Kami memulai perjalanan laut dari Pattumbukan jam 16.00 WITA, itu artinya sampai di Pulau Tinabo sekitar jam 21.00 atau 22.00 WITA. Berlayar di malam hari? Wah pasti seru neh. Yuhuuuu kami siaap berlayaaar... Awalnya kami masih bersemangat, melihat cuaca yang cerah, awan dilangit biru berderetan seperti kereta kencana, ombak yang tenang, sungguh indah sehingga membuat kami berfoto-foto dan bisa menyaksikan Sunset dalam perjalanan. Namun sayang, saat itu matahari tertutup awan tebal sehingga tidak bisa menyaksikan sunset. Lama kelamaan bosan juga, mengingat lamanya perjalanan laut. Ini yang membuat kenapa ke Takabonerate itu harus ramai-ramai, jangan sendirian, bisa garing selama di perjalanan. Hari berganti menjadi gelap. Itu tandanya malam telah tiba. Tidak ada penerangan dalam kapal. Akan tetapi menjadi malam special karena perjalanan kami ditemani oleh bintang-bintang yang bertaburan. Sangat indah. Kecepatan kapal dikurangi karena berlayar pada malam hari, minim cahaya, hanya mengandalkan senter yang dibantu oleh ABK agar Nakhoda bisa melihat jalur laut serta jarak kapal dengan karang di laut sangat dekat, jadi harus hati-hati dan itulah alasannya mengapa kapal berjalan lambat. Raungan mesin kapal kayu perlahan mulai berhenti. Tidak ada yang terdengar kecuali ombak kecil yang mendera di sisi kapal dan suara-suara manusia yang membantu kapal ini untuk merapat. Ya, akhirnya kami tiba di Pulau Tinabo. Pulau yang tersembunyi dan indah akan kekayaan bawah lautnya. Kami pun siap untuk sebuah petualangan yang tidak akan terlupakan.

Pelabuhan Pattumbukan
Kami siap mengarungi lautan selama 6 jam
Pulau Tinabo
Adalah salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan yang masuk dalam gugusan pulau-pulau di Taman Nasional Takabonerate. Di Takabonerate, Pulau Tinabo terbagi dua yaitu Pulau Tinabo Besar dan Pulau Tinabo Kecil atau biasa disebut dengan Bungin Tinabo. Nah, yang kami datangi dan menjadi tempat menginap adalah Pulau Tinabo Besar yang memiliki dermaga kayu sepanjang kurang lebih 100 meter dimana seluruh pulau dikelilingi oleh pantai berpasir putih, air laut yang selalu jernih, semakin dalam warna airnya kehijauan, biru muda, hingg biru tua menuju bagian laut yang lebih dalam. Sedangkan Pulau Tinabo Kecil atau Bungin Tinabo adalah pulau yang tidak berpenghuni dan letaknya tepat di seberang barat Pulau Tinabo. Pulau Tinabo juga sebagai Basecamp tempat menginap bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, karena hanya di pulau inilah yang tersedia penginapan. Tidak banyak penginapan di pulau ini, jumlahnya terbatas. Kamar yang tersedia memakai kipas angin (tidak ada AC), listrik pun di sini menyala dari jam 18.00 WITA s.d. 24.00 WITA. Di pulau ini juga tidak ada air tawar untuk mandi, hanya ada air asin (laut), walaupun ada air tawar tapi jumlahnya terbatas. Ada juga sih yang menjual air tawar untuk mandi dengan harga Rp 25.000,-/dirigen. Air tawar di sini mengandalkan air hujan untuk ditampung, lalu dimasak. Jadi, menurut saya, Jangan Mengharapkan Fasilitas Lebih di Pulau Terpencil.  

Bersama teman-teman di Pulau Tinabo
Selamat pagi. Selamat bermain dengan babyshark. Yiippiieeee....itu kata-kata yang terlontar dari mulut saya menyemangati teman-teman yang bangun kesiangan. Mungkin, saat saya buat itinerary dan ada di dalamnya "bermain bersama babyshark di Pulau Tinabo" membuat mereka kaget dan excited. Tapi itulah yang sebenarnya. Di pulau ini kita akan menemui banyak bayi-bayi hiu bertebaran di depan pantai. Tidak perlu dipancing dengan darah, mereka (anak-anak hiu) selalu nongkrong setiap pagi di pantai di depan homestay kami yang menghadap ke barat. Pagi pertama kami dihabiskan dengan bermain bersama anak-anak hiu yang sedang kelaparan. Mereka menanti kami yang akan memberi makan dengan ikan-ikan kecil. Saat kami mencelupkan satu potongan ikan mentah, hiu-hiu mungil itu mulai mendekat, berkumpul dan mengelilingi kaki kami. Bayi hiu yang terdapat di depan pantai pulau tinabo ini termasuk spesies blacktip shark alias hiu bersirip hitam.

Hiu-hiu mungil yang setiap pagi menyapa kami di depan Pantai
Aktifitas di Pulau Tinabo selain bermain dengan bayi-bayi hiu, kita juga bisa melakukan aktifitas seperti snorkeling, berenang, berjemur, berperahu (kano) atau sekedar main-main pasir putih yang bertekstur lembut. Pasir putih disekeliling pantai, keanekaragaman biota laut, rimbunan pohon kelapa dan berbagai keindahan alam lainnya menambah ke-eksotisan Pulau Tinabo. Hanya dengan membalikkan badan saja kita bisa melihat keindahan alam berupa matahari terbit (sunrise) maupun matahari terbenam (sunset) yang begitu indah dari satu tempat. 


santai sambil menantikan Sunrise di Pulau Tinabo
Sisi lain Pulau Tinabo dan Tour Leader-nya Narsis...hehehe

Di Pulau Tinabo terdapat spot untuk snorkeling. Tepatnya di depan dermaga kayu. Spot itu bernama Spot Kima atau Taman Kima di Tinabo yang termasuk ke dalam salah satu bagian Konservasi Kima. Kima atau disebut juga dengan Kerang Raksasa merupakan salah satu spesies yang dilindungi di Taman Nasional Taka Bonerate. Karena Kima merupakan hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi. Harus hati-hati juga jika snorkeling di spot Kima. Awal nya memang malu-malu jika kita dekati, kima akan menutup mulutnya. Tapi jangan sampai lengah juga karna sewaktu-waktu bisa mencapit dan susah untuk dilepaskan. Tidak hanya Kima saja yang bisa dilihat di sini, tapi banyak juga ikan-ikan cantik dan terumbu karangnya yang masih terjaga. Jadi, marilah kita jaga keindahan dan kelestarian alam bawah laut Indonesia. 

Kima atau Kerang Raksasa
Biota laut lainnya di spot Kima
Perjalanan panjang kali ini menambah wawasan dan pengalaman baru bagi kami dan tentunya tidak akan kami lupakan. Tak ada yang seindah negeri sendiri, Ya Indonesiaku.

Oh ya, Just Info aja neh, jika teman-teman butuh bantuan untuk Arrange sebuah trip, bisa menghubungi 087885694121 (Call/Text/WA)


     

- Copyright © TRAVELAFIN - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -