Posted by : Travelafin Jumat, 22 November 2013

Terpukau dengan Maninjau yang Memukau



Pagi itu, gue bangun pagi-pagi sekali. Meski masih lelah dan ngantuk, kami (gue, Farid, Mba Erna, Mba Uthie) harus tetap semangat melanjutkan perjalanan. Hari ini kami akan ke Danau Maninjau. Gue dan Farid kebetulan numpang tidur di rumah sopir merangkap guide yang baik hati, Uda Iwan di kaki Gunung Singgalang. Waaaaw, dingiiinnya luar biasa, lho, daerah ini, bikin mager beranjak dari kasur.


Kaki Gunung Singgalang

Ah, tapi trip harus tetap jalan sesuai perencanaan, sebelum menyesal di kemudian hari. Berangkatlah kami menuju Danau Maninjau melewati Kelok 44 (ada 44 belokan yang akan dilewati). Nggak kebayang pusingnya seperti apa, tuh. Yang pasti perjalanan akan mengocok lambung dengan cacing-cacing yang merajalela di dalamnya. Hehehe. Meskipun begitu, kami tetap menikmati perjalanan ini.

Danau Maninjau adalah danau super keren di Sumatera Barat dan salah satu danau terhening di Indonesia (menurut gue, lho, ya). Danau ini merupakan keajaiban alam yang luuuaaaar biasa, cocok untuk tempat menenangkan diri, menikmati hidup yang tenang dari kesibukan dan keramaian kota.

Perjalanan gue dkk. untuk sampai di danau yang ini memakan waktu 2 jam dari Bukittinggi. Tapi jangan 
bayangkan jalanannya seperti jalan tol dan penuh kemacetan, yah. 2 jam itu murni jalanan lancar tapi berkelok-kelok. Udah kebayang, kan, gimana jauhnya?! 

Like a stupid, gue ngitungin, tuh, kelok sampai puyeeeeng dan mual (ini beneran. Hahahahah). Gue akhirnya ngalah dan diam karena menahan mual. Padahal, nggak perlu sibuk-sibuk ngitungin, kan ada plang angka kelokan di setiap tikungan, mulai dari angka yg besar ke yg kecil. Dari Kelok 44 ke Kelok 1. Baru setengah jalan, sepertinya di jidat kami udah tergambar kelokan-kelokannya alias kerutan, nih. Hahahaha. Fiuh...

Sebelum sampai danau,gw dkk brenti sejenak di sebuah warung--(lupa dikelok brp)--buatistirahat, makan Indomie, minum minuman yang seger-seger, dan tentunya meluruskan kaki plus menenangkan isi perut yg terombang-ambing akibat si Kelok.

Daaaan, gue ngeliat pemandangan keren dari warung persinggahan itu. Takjuuuuuub, melongo, nganga melihat Danau Maninjau dari kelok yang #lupa kelok berapa#. Keren abis. Pasti lebih indah kalau sudah sampai di bawah, di Danau Maninjau. Kami akan menapakan kaki dan melihat lebih dekat, langsung, no filter alias mata telanjang keindahan tersebut. Subhanallah...
Danau Maninjau dari Pertengah Kelok 44

Ah, nggak sabar. Itu yang ada dalam benak gue. Kami pun cepat-cepat menghabiskan Indomie yang baru aja matang. Nggak pake ditiup-tiup lagi dah, tuh, mie saking pengennya langsung turun bukit ke arah danau. Kami pun langsung bergegas meninggalkan warung dan melanjutkan perjalanan yang berkelok-kelok lagi. Entah sisa berapa kelok lagi. Gue udah nggak memperhatikan kelokannya. Pemandangan Danau lebih memukau saat itu...Semoga nggak ada yang huek-huek karena perut full makanan.

Masih ada beberapa kelok lagi yang harus dilewati untuk sampai di sana. Sabar..sabar..sabar.. Ibarat kata pepatah: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, berkelok-kelok dahulu, eh bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Uhuuuy.

Akhirnya tibalah kami di perkampungan Maninjau. Masih harus sabar karena harus berjalan beberapa meter untuk sampai di danau itu. Di daerah itu, sepanjang jalan berjejer homestay buat para wisatawan.

Jreeeeeeeeng...Jreeeeeeeeeng...

Gugusan awan yang memantul ke Danau Maninjau
 
Akhirnya, sampailah kami di bibir Danau Maninjau. Terdiam sejenak, lalu terucap Subhanallah, indah sekali negeri ini, ya, Allah. Danau dengan keheningan dan keindahannya membuat kami tak bisa berkata apa-apa. Woooooow...langit biru, putihnya awan menjadi pendamping danau ini. Lihatlah awan itu! Bergumpal seperti gulali yang siap dikopek da dimakan.  Nyam..It's amaziiiiing...


Bibir Danau Maninjau

Jeprat-jepret pun dimulai. Gue memulai dengan foto kosong dulu alias view-nya dulu a.k.a tanpa model. Hehehehe. Gue nemu perahu mirip kano gitu deh, bagus buat properti latar Danau Maninjau (aelah, bahasa gue udah kayak fotografer profesional aja). Tapi, serius, ini keren.

Next shoot: it's time tuk bernarsis ria. Ada yang bilang, kalau mendatangi suatu tempat nggak ada foto sendiri di tempat itu, sama dengan HOAX. Hahaha *abaikan.

Ipin Upin main ke danau

Dari kiri: Farid, Mba Erna, Mba Uthie, Gue.
 
Setelah bernarsis ria, gonta-ganti pose sana-sini, gue mulai menelusuri tepian danau. Kami pun bertemu dengan seorang anak kecil yang umurnya kisaran 10-11 tahun sedang mencari ikan. Namanya Agung, warga asli Danau Maninjau, kelas 5 SD. Dia setiap hari mencari ikan bilih untuk dimakan. Ehm, mendengar ceritanya, berasa banget di hati gue, terharu. Penduduk sini memang menggantungkan hidup lewat hasil danau.

 Abis ngobrol-ngobrol, gue jadikan si Agung ini model foto. Trus, foto bareng juga. Hehehee. Momen yang nggak boleh dilewatkan dan nggak boleh dilupakan, nih.

Foto bareng Agung, si pencari bilih

Akhirnya cerita tentang Danau Maninjau pun selesai. Danau yang hening, yang penuh ketenangan. Diam-diam kindahannya begitu luaaar biasa. Memukau! Yuk, mari berpindah.

"Tak ada yang takindah di sini. Ya, inilah Indonesia. Indonesiaku. Aku bangga menjadi anak Indonesia," batinku. Lalu perjalanan pun berlanjut.

{ 3 komentar... read them below or Comment }

  1. Hai Kaka Ipin. Welcome to the jungle. Nice post. Aku suka foto-fotonya. Ini no filter kan ya?! Maninjau jadi keren banget di sini.
    Tak sabar menunggu postingan berikut dari kisah perjalananmu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiiiih...ini poto aseli tanpa editan neng..

      Hapus
  2. fotonya baguuuuuusss iiiihh mauuuu ikuuutt dong om afin :D

    BalasHapus

- Copyright © TRAVELAFIN - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -